LOCUSNEWS, GORONTALO – Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan miniatur Indonesia yang sangat majemuk etnik, Suku dan Agama.
Memiliki luas wilayah 61,841 Km2, terdiri dari 12 Kabupaten dan 1 Kotamadya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 jumlah penduduk Sulteng sebanyak, 3.054,020 jiwa,
Hal itu disampaikan gubernur melalui Tim Ahli Gubernur Bidang Fiskal dan Investasi Ronny Tanusaputra pada acara rapat kerja kaum bapak keuskupan Manado bertempat di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Sabtu (25/2/2023).
Lebih lanjut gubernur menyebut sebaran suku bangsa di Sulteng sangat beragam. Suku mayoritas adalah suku asli setempat termasuk suku Kaili, Kulawi, Lore, Pamona, Bungku, Saluan, dan lainnya, dengan populasi 62,16 persen.
Suku bangsa terbesar lainnya kata Cudy adalah suku Bugis sebanyak 15,62 persen. Kemudian suku Jawa 8,42 persen, Bali 4,41 persen dan Gorontalo 4,01 persen. Lanjut dia, selebihnya suku bangsa lainnya, Minahasa, Sasak, Makassar, Sunda, Tionghoa, Suku asal Nusa Tenggara Timur.
“Sementara suku terbanyak asal pulau Sumatra adalah suku Batak dan Minangkabau Suku pendatang yang mendiami wilayah Sulteng yang sudah membaur sejak awal abad ke 19,” urainya.
Disisi lain, gubernur menyampaiakan penduduk Sulteng sebagian besar memeluk Agama Islam sebanyak 67,37 persen, Kristen Protestan Sebesar 16,58 persen, Hindu 4,45 persen, Katolik sebesar 1,85 persen, dan Budha 0,74 persen.
Dia menerangkan berdasarkan sejarah agama Islam di Sulteng disebarkan oleh Datuk Karama dan Datuk Mangaji.
“Selanjutnya diteruskan oleh Al- Habib Sayyed Idrus bin Salim Aljufri yang merupakan pendiri Alkhairaat,” ungkapnya.
Ia menambhakan, agama Kristen Protestan dan Katolik disebarkan di Kabupaten Poso,
Donggala, oleh Misionaris Belanda A.C Cruyt dan Adrian yang saat ini sudah tersebar di setiap 12 Kabupaten dan 1 Kota, demikian juga Agama Hindu dan Budha.
Cudy menegaskan, meskipun masyarakat Sulteng mayoritas beragama Islam tetapi tingkat toleransi beragama sangat Tinggi. Begitupun semangat gotong royong sangat kuat dan sudah merupakan bagian kehidupan masyarakat.
Menurutnya dengan melihat kemajemukan penduduk Sulteng tepat pendapat dari
Mahfud MD yang mengatakan kunci keberhasilan dibangunnya keharmonisan di Indonesia adalah kita mau hidup bersama di dalam perbedaan dengan menyepakati tata nilai.
“Tata nilai yang kita angkat berasal dari abstraksi segala perbedaan yang disebut ideologi, yaitu Pancasila,” pungkasnya.
Sumber : Humas Sulteng