LOCUSNEWS, PARIMO – Aktivitas pertambangan emas tanpa izin (Peti) di Desa Kayuboko, Kecamatan Parigi Barat, Kabupaten Parigi Moutong lumpuhkan puluhan hektare sawah di hilir sungai Air Panas-Olaya.
Betapa tidak, minimnya pasokan air di irigasi yang bersumber dari sungai akibat aktivitas Peti menyebabkan petani di Desa Pobalowo dan Olaya, kesulitan mengolah sawah.
“Kalau kami di sini (Desa Pombalowo), masalah saluran irigasi. Debit air berkurang, karena ada endapan lumpur dari tambang emas ilegal di atas, Desa Kayuboko,” terang Kepala Desa Pombalowo, Anwar K dihubungi, Jum’at (13/6/2025).
Menurut Anwar kurang lebih 50 hektare sawah milik tiga kelompok tani di Desa Pombalowo tak bisa lagi diolah, sejak satu setengah tahun yang lalu. Sebab, selama ini hanya megandalkan irigasi yang bersumber dari Sungai Air Panas-Olaya tersebut.
“Meski memiliki irigasi desa, kebutuhan air untuk 50 hektare sawah ini tidak mencukupi. Karena sejak dulu hanya mengandalkan irigasi yang bersumber dari Sungai Air Panas-Olaya,” ungkapnya.
Ia mengaku ingin berkontribusi mewujudkan asta cita Presiden Prabowo Subianto, yakni swasembada pangan. Namun, pihaknya tidak memiliki kemampuan untuk menghentikan aktivitas tambang emas ilegal yang jelas-jelas memberikan dampak negatif bagi sektor pertanian.
“Jangan cuman ego sekelompok orang, akhirnya banyak yang dikorbankan,” ketusnya.
Anwar menambahkan, pertanian merupakan ketahanan ekonomi lokal dan sawah menjadi satu-satunya sumber penghidupan warga Desa Pombalowo. Atas dasar itu, ia berencana mengadukan pederitaan petani ke anggota DPRD Parigi Moutong.
“Kami hanya ingin sawah para petani tetap digarap, tidak kesulitan air. Karena terus terang sudah satu tahun setengah lahan petani tidak bisa lagi diolah,” keluhnya.
Hal serupa dikeluhkan Kepala Desa Olaya, Idham. Idham menyebut kurang leih 30 hektar areal persawahan di desa-nya tak lagi bisa diolah dengan baik.
Sejak masifnya Peti di Desa Kayuboko, lanjut Idham, Petani hanya berharap dari musim hujan untuk menggarap lahan persawahan mereka.
“Air aliran irigasi dari Sungai Air Panas-Olaya sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka (petani),” ucapnya.
Sementara nelayan nike di pesisir Pantai Desa Olaya, Sebut Idham, juga tak bisa lagi mendapatkan hasil yang maksimal seperti saat tambang emas belum beroperasi.
“Saya sebegai pemerintah desa sudah pasrah. Karena pernah beberapa kali datang ke atas (Desa Kayuboko) tapi malah difitnah terima jatah uang tambang,” tutupnya.