Hilirisasi Digital, Tantangan Indonesia Maju

Alamsyah P. Palenga

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hilirisasi memiliki arti penghiliran atau mengolah bahan baku menjadi barang siap pakai. Sedangkan digital berarti hal-hal terkait angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu atau berhubungan dengan penomoran.

Hilirisasi adalah langkah cerdas yang diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah dan pendapatan. 

Hilirisasi dalam industri mengacu pada konsep pengembangan dan peningkatan nilai tambah pada suatu produk atau komoditas melalui berbagai tahap dalam rantai produksi. Proses ini melibatkan transformasi bahan baku menjadi produk jadi, termasuk kegiatan produksi, distribusi, dan pemasaran. Hilirisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, nilai ekonomi, dan daya saing suatu sektor industri.

Singkatnya hilirisasi adalah kelanjutan dari proses produksi bahan baku sehingga manfaat dari produk bisa terus bertambah, tidak cukup berhenti pada produk tahap pertama.

Dalam hal ini penambangan dan industri nikel bisa dijadikan contoh yang baik. 

Setelah nikel ditambang, jangan dulu diekspor dalam bentuk ore (tanah galian), namun ia diproses dulu dalam tungku smelter untuk memurnikannya menjadi Ferro nikel misalnya, dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi.

Setelah menjadi bahan setengah jadi, jangan dulu diekspor, murnikan lagi sehingga menjadi nikel bentuk paduan, nikel elektrolitik, atau nikel yang digunakan dalam proses katalisis.

Setelah jadi demikian, lalu nikel yg sudah dimurnikan dan merupakan produk akhir bahan, kemudian dipakai untuk membuat stainless steel, campuran besi baja, pelapis anti karat, industri otomotif, industri baterai, industri elektroplating, pembuatan monel, kawat, uang koin dan bahan katalis.

Nikel dalam bentuk ini jika dilengkapao dengan hilirasi material lainhya dapat mendorong bertumbuhnya banyak sekali industri dan industri padat teknologi di dalam negeri.

Dalam konteks industri, hilirisasi sering kali melibatkan diversifikasi produk, peningkatan teknologi produksi, dan integrasi dengan pasar global. Misalnya, dalam industri minyak dan gas, hilirisasi dapat mencakup pengembangan produk turunan seperti petrokimia atau energi terbarukan, sehingga meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang diekstraksi.

Pentingnya hilirisasi dalam industri adalah untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Dengan menggerakkan nilai tambah melalui berbagai tahap produksi, suatu negara atau sektor industri dapat memperoleh manfaat ekonomi yang lebih besar.

Selain itu, hilirisasi juga dapat mengurangi risiko volatilitas harga bahan mentah, karena nilai tambah yang lebih tinggi pada produk jadi dapat memberikan perlindungan terhadap fluktuasi harga. Hal ini dapat meningkatkan ketahanan ekonomi suatu negara atau wilayah.

Dengan demikian, hilirisasi dalam industri menjadi strategi penting untuk mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Hilirisasi Digital

Hilirisasi digital, sebagai transformasi dari proses konvensional ke bentuk yang lebih modern dan terotomatisasi, memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks ekonomi, hilirisasi digital mengacu pada integrasi teknologi informasi dalam rantai nilai, mulai dari produksi hingga pemasaran. Fenomena ini membuka peluang baru dan menghadirkan tantangan unik.

Dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan otomatisasi, perusahaan dapat mengoptimalkan proses produksi mereka, mengurangi waktu, biaya, dan limbah. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga mendukung keberlanjutan dengan mengurangi dampak lingkungan.

Selain itu, hilirisasi digital memungkinkan akses global yang lebih luas terhadap pasar. Perusahaan kecil dan menengah dapat memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk mereka ke seluruh dunia tanpa kendala geografis yang signifikan. Ini menciptakan peluang bisnis yang lebih besar dan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Namun, ada tantangan yang perlu diatasi dalam proses hilirisasi digital. Salah satunya adalah kesenjangan digital, di mana beberapa wilayah atau kelompok masyarakat tidak memiliki akses yang setara terhadap teknologi. Hal ini dapat meningkatkan deviasi ekonomi dan sosial jika tidak diatasi dengan kebijakan inklusif dan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas teknologi.

Penetrasi internet Indonesia pada akhir Maret 2021 sebesar 76,8 persen dari total populasi, atau mencapai 212,35 juta dengan estimasi total populasi sebanyak 276,3 juta jiwa. 

Dengan capaian tersebut, Indonesia berada di urutan ke-15 di antara negara-negara Asia, dimana posisi Indonesia tersebut berada di atas rata-rata penetrasi Asia sebesar 63,9% dari populasi 4,3 miliar jiwa. Bahkan, berada di atas rata-rata dunia sebesar 65,7% dari estimasi total populasi 7,86 miliar jiwa. 

Beberapa langkah atau praktik dari hilirisasi digital ini antara lain adalah menyediakan akses internet, kabel serat optik, microwave hingga peluncuran Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1.

Sayang untuk kesediaan akses internet melalui pembangunan menara BTS di Indonesia di tahun 2022 berakhir dengan korupsi di kementerian Kominfo. Padahal proyek ini sangat vital posisinya dalam rangka menunjang pembangunan digital nasional.

Infrastruktur BTS ini merupakan langkah strategis dan menjadi bagian dari apa yang dikenal sebagai Jalan Transformasi Digital Indonesia 2021-2024 sebagai panduan pelaksanaan transformasi digital di empat pilar yaitu infrastruktur digital, pemerintahan digital, masyarakat digital, dan ekonomi digital.

Tapi sudahlah, negeri ini harus terus berjalan, menjemput takdir masa depan yang gemilang.

Penulis : Alamsyah P. Palenga

Bagikan Berita :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *