LOCUSNEWS, PARIMO – Aktivitas pertambangan emas tanpa izin (Peti) di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Desa Sipayo, Kecamatan Sidoan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo),memicu kemarahan warga.
Ketidaktegasan aparat dan dugaan keterlibatan keluarga pejabat disebut-sebut menjadi pemantik keresahan.
Padahal, pada 17 Juni 2025 lalu, Balai Gakkum Kehutanan Kota Palu sempat menghentikan operasi tambang ilegal ini dan menyita satu unit ekskavator.
Namun sebulan berselang, aktivitas tambang kembali berjalan. Lebih mencengangkan, kali ini diduga melibatkan enam unit alat berat yang beroperasi secara terang-terangan di kawasan lindung.
Kepala Bidang Penataan dan Penaatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Parimo Mohammad Idrus, membenarkan bahwa tambang ilegal di Desa Sipayo kembali beraktivitas. Namun, ia mengaku belum mengetahui pasti siapa pihak yang berada di balik operasi tersebut.
“Saya belum tahu siapa pelakunya sekarang. Silakan konfirmasi langsung ke yang bersangkutan,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (17/7/2025).
Menurut Idrus, keresahan warga terus meningkat. Bahkan di beberapa desa terdampak seperti Desa Lado, warga mengancam akan mengambil langkah ekstrem jika pemerintah tidak segera menertibkan aktivitas tambang yang dianggap merusak lingkungan dan mengganggu kehidupan masyarakat.
“Mereka bilang akan bakar alat berat kalau dibiarkan terus. Tapi saya minta jangan sampai ada tindakan anarkis karena itu bisa memicu konflik baru,” jelasnya.
DLH Parimo disebut telah melaporkan kembali aktivitas tambang tersebut ke Balai Gakkum Kehutanan Kota Palu. Laporan itu, kata Idrus, telah direspons dan masuk dalam perhatian lembaga penegak hukum lingkungan tersebut.
Namun, belum ada langkah konkret yang terlihat di lapangan. Sementara, warga terus berada dalam posisi terjepit lingkungan rusak, suara tak didengar, dan hukum seolah berjalan di tempat.
Bukan Hanya Sipayo, Pun Karya Mandiri
Tak hanya di Sipayo, aktivitas tambang ilegal juga diamati di Desa Karya Mandiri, Kecamatan Ongka Malino. Lokasi ini disebut dikelola oleh para penambang dari luar daerah, termasuk dari Gorontalo dan Kendari.
“Yang di Karya Mandiri itu pemain luar semua,” ungkap Idrus.
Selain itu, ia juga menyampaikan adanya dugaan kuat pihak-pihak tertentu yang mendukung operasional tambang melalui distribusi bahan bakar solar.
“Saya dapat informasi ada yang backup urusan solar-nya. Ini jadi perhatian juga,” tambahnya.
Idrus menyebut kembalinya tambang-tambang ilegal beroperasi seakan menampar upaya penegakan hukum dan pengelolaan lingkungan yang berkeadilan.
“Warga kini menunggu tindakan tegas, bukan sekadar janji penindakan,” tutupnya.