KABUPATEN Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, salah satu daerah yang beruntung karena ditetapkan menjadi tuan rumah Sail Indonesia atau Sail Tomini 2015 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2014, dinamakan Sail Tomini. Sebab, Tomini adalah teluk terbesar di Indonesia dengan luas sekitar 6 juta hektar.
Dihadiri Persiden Joko Widodo, para Menteri, sejumlah perwakilan berapa negara dan diisi sejumlah kegiatan, bak magnet menyedot perhatian hampir semua orang.
Seketika Parigi Moutong menjadi perhatian dunia. Semua bersuka cita menyambut event yang bergulir sejak 2009 tersebut. Betapa tidak, jika mengacu pada Sail Indonesia sebelumnya, sebut saja Sail Raja Empat. Pasca pelaksanaannya, puluhan bahkan ratusan wisatawan baik domestik maupun manca negara setiap tahunya berkunjung ke daerah yang terletak di Provinsi Papua itu.
Wajar kemudian, masyarakat Parigi Moutong memilki ekspektasi yang sama, pasca event skala nasional dan bertaraf internasional akan merubah wajah daerah dicintainya. Paling tidak, menambah income Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan percepatan pembangunan daerah.
Namun, sudah 6 tahun sejak pelaksanaan Sail Tomini digelar, harapan dan cita-cita tersebut sepertinya jauh api dari panggang, lokasi yang dulu bak kota metro politan kini malah meprihatinkan. Bangunan dan sejumlah aset tak terawat dan rusak. Taman yang dulu indah dihiasi lampu kini ditumbuhi rumput liar.
Habis manis sepah dibuang sepertinya tidak berlebihan menggambarkan kondisi eks Sail Tomini saat ini. Dulu menjadi primadona, dipuji, kini terkesan dicampahkan.
Suka citapun bertukar duka. Sail Tomini tak bisa merubah wajah Parigi Moutong, apalagi memberikan income bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Output mempercepat pembangunan daerah tertinggal, pinggiran dan kepulauan pun sepertinya juga masih jauh dari kenyataan.
Pun tujuan untuk mempromosikan destinasi wisata, tak ubahnya mimpi disiang bolong, karena hingga saat ini hampir tak pernah kita jumpai wisatawan domestik apalagi mancanegara menghabiskan waktu berlibur menikmati keindahan eks Sail Tomini.
Apa sebenarnya tujuan dilaksanakannya Sail Indonesia ?
Dukutip dari berbagi sumber setidaknya ada 4 tujuan yang hendak dicapi dari setiap pelaksanaan Sail Indonesia.
Pertama, untuk memperkuat dan memperkokoh visi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kedua, untuk mempercepat pembangunan Sulawesi Tengah, khususnya Parigi Moutong di bidang ekonomi dan pariwisata.
Ketiga, mempercepat pembangunan dan pengembangan sumber daya kelautan dan parisiwisata guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keempat, mendorong masyarakat, stakeholder, pemerintah untuk bahu membahu membangun sektor maritim dan pariwisata.
Lalu, dari empat tujuan diatas, sektor apa yang dicapai paska event Sail Tomini? Rasanya tidak berlebihan dan mengada-ngada, jika saya sebut tidak ada.
Bandingkakan dengan daerah eks sail Indonesia, Raja Empat, dilansir dari detik.com pada 2019 terdapat 28.187 orang yang berkunjung ke Raja Ampat. Dari jumlah tersebut, wisatawan domestik berjumlah 3.056 orang sementara mancanegara 25.131 orang. Kemudian pada 2020, dari Januari hingga Maret, jumlah wisatawan mancanegara jumlahnya 7.076 sementara domestik 514 orang.
Terkait Status Aset dan Yang Bertanggung Jawab
Dioalah dari berbagai sumber menyebutkan status aset yang berada di eks Sail Tomini belum diserahterimakan ke Pemerintah Daerah (Pemda) Parigi Moutong, sehingga belum memiliki kewenangan untuk melakukan perbaikan.
Namun, dikutip dari Kaili Post pihak Balai Prasarana Wilayah II (BPPW) melalui kepala Humas, Joni Eko Prasetio mengatakan, terkait perawatan sudah diserahkan ke Pemda Parigi Moutong.
Apapun, Pemerintah, baik pusat hingga daerah harus memberi perhatian, menjaga, merawat infrastruktur dan fasilitas ditempat tersebut, karena untuk pembangunan sejumlah infrastruktur dilokasi eks Sail Tomini merogok kantong miliar rupiah.
Mengacu pada pernyataan Kepala Dinas Cipta Karya Provinsi Sulteng, saat itu dijabat Imam Algazali ketika menghadiri peletakan batu pertama dilokasi Sail kala itu, total anggaran untuk mendukung pesta akbar tersebut sebesar Rp 502,206 miliar atau sekitar setengah triliun lebih yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Sulteng. Dari keseluruhan dana itu, khusus untuk pembangunan infrastruktur di lokasi sail Tomini mencapai Rp 29,817 miliar, masing-masing dana APBN dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumhann Rakyat senilai Rp 26,485 miliar dan APBD Provinsi Sulteng senilai Rp 3,332 miliar, selebihnya dialokasikan untuk fasilitas penunjang lainnya diluar lokasi Sail Tomini.
Meskipun tidak mudah karena untuk merawat dan merubah wajah eks Sail Tomini agar diminati wisatawan membutuhkan aggaran cukup besar. Sehingga sokongan anggaran Pemerintah Pusat masih sangat dibutuhkan.
Kita semua berharap lokasi dan sejumlah aset yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah itu, bisa dijaga sehingga kelak akan menjadi kebanggaan Kabupaten Parigi Moutong dan legacy bagi pemimpin saat ini untuk generasi yang akan datang. Sebab, sangat disayangkan, jika hanya semanagat membangun yang digelorakan tanpa disertai business planning menghasilkan PAD.
Sudah saatnya Pemda Parigi Moutong berpikir kreatif mencarikan soslusi agar lokasi eks Sail Tomini, tak hanya jadi kenangan dan menyisahkan kisah. Belum terlambat, andaikan Pemda Parigi Moutong punya tekad baja, kelak Sail Tomini akan menjadi destinasi wisata unggulan.
Redaksi Locus News