LOCUSNEWS, PARIMO – Pasar Sentral Parigi (PSP), Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) memprihatinkan. Pantauan locusnews.id, saat ini pasar yang terletak di Desa Bambalemo, Kecamatan Parigi itu terkesan kumuh dan semrawut, jauh dari kata modern.
Ketidakteraturan pasar tersebut diperparah dengan banyaknya pedagang memasang terpal dengan berbagai warna di langit-langit pasar.
Belum lagi tidak berfungsinya saluran pembuangan di lokasi pedagang ikan menimbulkan bau tak sedap.
Kondisi itu dibenarkan Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Sentral Parigi, H Iskandar. Ia bahkan meminta pemerintah daerah setempat melakukan penataan kembali agar menciptakan daya tarik. Sebab, tidak adanya daya tarik ini menjadi penyebab PSP sepi pengunjung.
Menurutnya, pasar tersebut dipadati pengunjung ketika hari besar keagamaan tiba. Tapi pembeli hanya datang berburu Bahan Pokok Penting (Bapokting), seperti cabai, bawang, minyak goreng, beras, gula pasir dan lainnya.
“Kondisi pasar setiap harinya sepi dari pengunjung. Akibatnya, omset atau pendapatan pedagang tak jauh bedanya dengan pasar mingguan,” ujar Iskandar.
Ia menyarankan Pemda Parimo agar mengarahkan Aparat Negeri Sipil (ASN) hingga personel Kepolisian untuk berbelanja ke Pasar Sentral Parigi sehari dalam sebulan.
“Tapi tidak juga dilakukan. Padahal pemerintah ini, punya power. Kalau ini bisa terjadi, pendapatan pedagang akan meningkat,” ujarnya.
Padahal, kata dia, bila Pasar Sentral Parigi dapat dikelola dengan baik, akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), baik dari retribusi pasar maupun parkiran.
“Kita lihat saja kondisinya saat ini, banyak bangunan yang dibangun dengan anggaran besar tidak bisa dimanfaatkan,” pungkasnya.
Diketahui, Pasar Sentral Parigi dibangun Pemda Parimo dengan meminjam dana ke Bank For Reconstruction and Developmennt (IBRD) Loan sebesar Rp19 miliar lebih.
Secara rutin, memang Pemda Parimo telah mengangsur utang pokok beserta bunga setiap tahun, selama kurang lebih 15 tahun, yang akan berakhir pada 2025.
Bila diasusmikan, pasar yang ditempati kurang lebih 600 perdagang, yang diwajibkan membayar retribusi sebesar Rp2.000 per hari, Pemda Parimo masih menanggung kekurangan angsuran utang pokok beserta bunga setiap tahun, melalui APBD.
Padahal, perencanaan awal Pemda Parimo di zaman kepeminpinan Longki Djanggola bersama Alm Asmir Ntosa, utang Bank Dunia dibayar dengan meraup Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi Pasar Sentral Parigi.