LOCUSNEWS, PALU – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof. Lukman Thahir, mengingatkan bahwa bencana alam menjadi ancaman nyata yang tidak bisa diabaikan.
Menurutnya, pengurangan risiko bencana harus menjadi agenda bersama, dilakukan secara sistematis dan menyeluruh oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah.
“Banjir, kebakaran, angin kencang, hingga gelombang pasang dan tanah longsor kini semakin sering terjadi. Ini tidak hanya mengancam keselamatan warga, tetapi juga menghambat pembangunan dan merugikan ekonomi daerah secara signifikan,” kata Prof. Lukman Thahir, dikutip dari rilis humas UIN, Sabtu (12/7/2025).
Pernyataan ini menanggapi peringatan dini yang dirilis BMKG dan status siaga bencana yang ditetapkan Pemprov Sulawesi Tengah (Sulteng).
Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap ancaman bencana yang semakin kompleks, terutama di wilayah rawan seperti Sulteng.
“Perubahan iklim telah meningkatkan potensi terjadinya bencana. Ini bukan lagi sekadar urusan teknis, tapi sudah masuk dalam persoalan sosial dan kemanusiaan yang membutuhkan tata kelola terpadu,” ujarnya.
Peringatan dini, menurutnya, adalah langkah awal yang penting. Namun, tanpa respons masyarakat yang tanggap dan kebijakan pemerintah yang inklusif dan profesional, maka risiko tetap tinggi.
Sebagai rektor UIN Datokarama, Prof. Lukman menyampaikan bahwa kampus juga memiliki tanggung jawab moral dan akademik untuk mendorong kesadaran kebencanaan.
“Kami tidak hanya mendidik, tetapi juga mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana secara cerdas dan siap,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa tidak semua bencana bisa dicegah, seperti gempa bumi, likuefaksi, atau tsunami. Namun, melalui pendidikan dan manajemen risiko yang baik, dampaknya bisa diminimalisasi.
“Tugas kita adalah memastikan masyarakat memiliki pengetahuan, sarana, dan mental yang siap menghadapi kondisi terburuk,” katanya.
UIN Datokarama, lanjutnya, terus membangun kolaborasi dengan Kementerian Agama dan Kementerian PUPR dalam pengembangan fasilitas pendidikan tinggi yang memperhatikan aspek pengurangan risiko bencana.
“Fasilitas kampus tidak hanya harus ramah bencana, tapi juga menjadi pusat edukasi mitigasi,” ungkapnya.
Lebih jauh, pihaknya juga aktif menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga kebencanaan untuk pelatihan evakuasi mandiri dan komunal serta simulasi kebencanaan di lingkungan kampus dan masyarakat sekitar.
“Bencana tidak akan menunggu kita siap. Maka kita yang harus selalu bersiap. Kami ingin membangun budaya sadar bencana, karena keselamatan bukan hanya urusan pemerintah atau relawan, tapi tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.